Penemu Angka 0

Muḥammad bin Mūsā al-Khawārizmī adalah ilmuwan muslim dan tokoh penting dalam perkembangan sejarah ilmu Matematika. Al-Khawarizmi bernama lengkap Abu Abdullah Muhammad Ibn Musa al-Khawarizmi, beliau dijuluki sebagai ‘Bapak Aljabar’. Al-Khawarizmi menciptakan aljabar dari hasil kawin silang antara aritmatika India dan Geometri Yunani. Kita bisa lihat dalam kitab terkenalnya berjudul, fil jabr wal muqobala, yang menjelaskan aljabar dengan pendekatan geometri.

Konsep nol sebenarnya sudah ada sejak zaman dulu. Nol yang mewakili ketiadaan sudah disadari oleh orang-orang Babilonia yang tinggal di Lembah Mezopotamia sekitar 300 SM. Awalnya mereka menggunakan simbol dua garis miring untuk mewakili kolom nomor yang kosong, untuk membedakan puluhan, ratusan, dan ribuan. Contohnya, untuk menjelaskan bahwa dalam angka 3055 berbeda dengan angka 355.


Meski telah mengenal dan menggunakan angka nol, sayangnya mereka masih belum mempelajari sifat-sifatnya. Sehingga angka nol masih belum mempunyai nilai numerik yang berdiri sendiri.


600 tahun kemudian, angka nol ditemukan dalam peradaban Bangsa Maya yang berjarak 12 mil jauhnya dari Bangsa Babilonia. Bangsa yang hidup di Benua Amerika ini mengembangkan angka nol untuk sistem perhitungan kalender mereka. Nol diwakili dengan simbol mata. Namun saat itu mereka tidak menggunakan angka nol ini untuk menghitung persamaan.


Konsep nol baru muncul dan berkembang di India sekitar tahun 458 M. Uniknya, konsep nol ini muncul pertama kali yang muncul justru dalam bentuk pengucapan pada persamaan matematika, puisi, atau nyanyian. Nol dalam bahasa Sansekerta disebut "sunya",  disimbolkan dalam beberapa kata yang berbeda, seperti "ruang", "hampa", atau "angkasa".

Selanjutnya, baru pada 628 M seorang astronom dan ahli matematika bernama Brahmagupta mengembangkan sifat-sifat tersendiri untuk nol. Matematikawan India ini menunjukkan bahwa angka nol bisa berfungsi untuk memisahkan angka positif dan negatif. Selain itu, dia juga mengembangkan operasi matematika seperti penjumlahan dan pengurangan, serta perkalian dan pembagian menggunakan angka nol. Sehingga kini dapat diketahui bahwa 2 + (-2) = 0.

Orang-orang India menulis angka nol dengan simbol sebuah titik. Pada masa ini, untuk pertama kalinya dalam sejarah dunia, angka nol telah memiliki nilai yang berdiri sendiri. 


Dari India, angka nol berkembang ke China dan Timur Tengah. Pada Tahun 773 M, nol mulai populer dan diadopsi di Baghdad. Orang-orang Arab menyebut lingkaran ini sebagai "sifr"  yang berarti "kosong" dan disimbolkan dengan titik.

Salah seorang ahli matematika dari Persia, bernama Muhammad Ibnu Musa Al-Khawarizm, menyarankan bahwa lingkaran kecil harus digunakan dalam perhitungan jika tidak terdapat suatu nomor di tempat puluhan. Nol menjadi semakin terkenal dan penting, berkat matematikawan yang bekerja di Bayt al Hikmah ini.

Al-Khawarizmi pun menggunakannya untuk menciptakan teori aljabar pada abad ke-9. Selain itu, ia juga mengembangkan metode untuk mengalikan dan membagikan angka yang disebut algoritma.

Saat Dunia Islam sangat gandrung dengan pengembangan ilmu pengetahuan, datanglah seorang Astronom India bernama Kankah kepada Khalifah Al Mansur. Kankah membawa sebuah buku berjudul Shindind yang berisi tentang perhitungan yang cukup akurat tentang pergerakan bintang.

Khalifah al Mansur sangat tertarik dengan buku Shindind yang dibawa Kankah tersebut. Lalu meminta kepada ilmuwan di Bayt al Hikmah (tempat para ilmuwan Muslim belajar) untuk menerjemahkan Shindind ke dalam bahasa Arab. Muhammad Al Fasari melakukan perintah Khalifah tersebut lalu kitab tersebut diberi judul Shind al Hindi Kabir.

Ketertarikan al Khawarizmi terhadap matematika akhirnya mempertemukan dia dengan kitab tersebut. Lantas al Khawarizmi menyempurnakan kembali beberapa perhitungan yang melibatkan angka nol dari Brahmagupta. Hasilnya adalah satu kitab lain yang juga terkenal dari Al Khawarizmi yang berjudul Al-Jami wa al-Tafriq bi Hisab al-Hind.

Kitab tersebut lalu tersebar ke Eropa yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dengan judul, Algoritmi de numero Indorum. Ini juga menjadi awal pengembangan ilmu dan nama algoritma yang berasal dari nama al Khawarizmi.

Itulah perjalanan dari angka nol. Angka yang sebenarnya sudah ada sejak zaman dahulu, lalu dikembangkan oleh para ilmuwan setelahnya dari berbagai negeri. Jadi al Khawarizmi bukanlah penemu angka nol. Dia adalah orang yang mengembangkan angka nol dengan sangat akurat


Angka nol baru sampai ke Eropa sekitar abad ke-12. Dibawa oleh Bangsa Moor yang muslim dari Maroko ketika menaklukan Andalusia. Namun, di kalangan orang-orang Eropa terjadi pertentangan. Sebagian beranggapan bahwa nol atau "sifr" adalah angka setan atau kode yang membahayakan negara. Bahkan, Pemerintah Italia pun sempat melarang angka yang berasal dari India-Arab ini digunakan, lho. 

Untung, seorang matematikawan Italia, Leonardo Fibonacci menciptakan Teori Fibonacci yang melibatkan angka nol. Teori ini kemudian menjadi populer dan digunakan untuk membantu penyusunan pembukuan bagi para pedagang. Meski harus digunakan secara diam-diam, angka ini tetap digunakan di Eropa. Nama "sifr" pun berkembang menjadi "chiper", yang juga berarti "sandi" atau "kode".

Baru pada tahun 1600-an, angka nol bebas digunakan secara luas di seluruh Eropa. Para ilmuwan Eropa seperti Rene Descartes menciptakan sistem koordinat kartesian. Serta Isaac Newton, dan Gottfried Wilhem Leibniz berhasil mengembangkan kalkulus. Pada gilirannya, kalkulus membukakan jalan bagi perkembangan ilmu fisika, teknik, komputer, serta teori keuangan dan ekonomi. Mulai saat itu, angka nol tersebar ke seluruh penjuru dunia dan melekat dengan perhitungan manusia hingga hari ini. 

 

Referensi:

adapada.com (2021) – Siapa Penemu Angka Nol Sebenarnya?

detikEdu (2021) – Penemu Angka 0 Bukan Al Khawarizmi, Lalu Siapa?

idntimes (2020) - Sejarah Penemuan Angka 0, Sempat Disangka Angka Setan Lho

Komentar